buah buahan mengandung pemanis alami fruktosa
BacaJuga : Wajib Tahu! 5 Buah Ini Dipercaya Bisa Jaga Gula Darah Tetap Stabil bagi Penderita Diabetes. 2. Erythritol. Ilustrasi erythritol/ Foto: Freepik.com. Selanjutnya ada erythritol yang juga masuk dalam deretan pemanis alami rendah kalori. Erythritol merupakan gula alkohol yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan.
SifatFruktosa Berbeda Dari Komponen Penyusunnya, Berdasarkan Sifat Tersebut, Fruktosa Termasuk - 27, 2022 November 13, 2021 by admin Buah -buahan mengandung fruktosa atau pemanis alami, fruktosa terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen.
Samaseperi stevia, eritritol merupakan pemanis rendah kalori yang secara alami ditemukan pada buah-buahan tertentu. Eritritol mengandung 0,24 kalori per gram atau sekitat 6 persen kalori dalam
5 Semangka. Satu irisan sedang dari buah semangka mengandung 17 gram gula. Namun buah semangka sarat dengan air, dan memiliki mineral khusus yang disebut elektrolit yang dibutuhkan tubuh Anda untuk mengisi ulang setelah menghabiskan waktu di bawah sinar matahari. Batasi saja asupannya menjadi hanya 1 - 2 potong. 6.
Banyakpermen juga menggunakan sorbitol sebagai pemanis. Kedua faktor ini dapat berkontribusi pada peningkatan gas di saluran cerna. 7. Bawang. Bawang merah mengandung gula alami yang disebut fruktosa. Seperti rafinosa dan sorbitol, fruktosa berkontribusi terhadap gas ketika bakteri di usus mencernanya.
Vay Tiền Nhanh Ggads. Namun, tidak seperti glukosa, fruktosa justru menyebabkan rendahnya kadar gula darah, asalkan dikonsumsi dalam batas sewajarnya. Beberapa ahli kesehatan merekomendasikan jenis gula ini sebagai pemanis yang bisa dikatakan aman untuk pasien diabetes tipe 2. Berikut manfaat lainnya untuk tubuh manusia membantu menghasilkan energi, menyimpan energi dalam bentuk glikogen, dan membentuk lemak dalam tubuh. Meskipun memiliki manfaat untuk metabolisme tubuh, Anda tetap perlu berhati-hati. Pasalnya, mengonsumsi sumber makanan yang mengandung gula tinggi dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Sumber makanan mengandung fruktosa Sebagai jenis gula yang terdapat dalam bahan makanan alami, Anda dapat menemukan kandungan fruktosa pada buah dan sayuran berikut apel, pir, buah ara, plum, anggur, semangka pisang, alpukat, stroberi, asparagus, wortel, selada, buncis, akar sawi putih, dan daun bawang. Kandungan fruktosa yang cukup tinggi juga terdapat dalam makanan dan minuman olahan seperti sirup jagung, karamel, madu olahan, gula cair, dan gula aren. Bagaimana fruktosa dicerna dalam tubuh? Glukosa dan fruktosa dicerna serta diserap dengan cara yang berbeda oleh tubuh. Setelah sampai di usus halus, glukosa akan langsung diserap ke pembuluh darah, lalu sel-sel tubuh akan menggunakannya sebagai energi. Tubuh juga akan melepaskan fruktosa ke pembuluh darah selama proses penyerapan zat gizi di usus halus. Namun, untuk diproses sebagai energi, jenis gula ini harus dipecah menjadi glukosa terlebih dahulu oleh organ hati. Itulah mengapa fruktosa tidak langsung meningkatkan gula darah selayaknya glukosa. Namun, jenis gula ini tetap akan menaikkan gula darah secara bertahap setelah sedikit demi sedikit organ hati mengolahnya menjadi glukosa. Selain glukosa, hasil akhir dari proses pencernaan gula ini adalah trigliserida, asam urat, dan beberapa zat radikal bebas. Ringkasan Fruktosa terdapat dalam bahan makanan alami seperti buah dan sayuran. Jenis gula ini juga marak ditemukan dalam bentuk gula tambahan atau pemanis makanan. Agar bisa digunakan sebagai sumber energi, organ hati perlu memecah gula ini menjadi glukosa. Risiko kelebihan asupan fruktosa Mengonsumsi jenis gula ini secara berlebihan tentu tidak baik bagi kesehatan Anda. Berikut adalah bahaya kesehatan yang mungkin ditimbulkan. 1. Penyakit hati Konsumsi fruktosa terlalu banyak bisa menyebabkan penumpukan trigliserida di hati. Trigliserida adalah jenis lemak yang dihasilkan dari pemecahan fruktosa oleh hati. Pengendapan lemak ini bisa merusak fungsi organ hati. Dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi menyebabkan penyakit perlemakan hati non-alkoholik. 2. Penyakit jantung Fruktosa dapat menghancurkan komposisi lemak darah Anda, sehingga meningkatkan kadar kolesterol jahat LDL. Meningkatnya LDL menyebabkan akumulasi lemak di sekitar organ dan berpotensi penyakit jantung. Penumpukan trigliserida juga bisa memicu timbulnya plak di pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung. 3. Risiko lainnya Berikut ini efek lain yang mungkin terjadi jika Anda mengonsumsi makanan tinggi fruktosa secara berlebihan. Zat radikal bebas yang dihasilkan dari pemecahan fruktosa juga dapat merusak struktur sel, enzim, dan bahkan gen. Meningkatkan kadar asam urat dalam darah yang menyebabkan asam urat dan tekanan darah tinggi hipertensi. Menyebabkan resistensi insulin yang dapat menyebabkan obesitas dan diabetes tipe 2. Fruktosa tidak menekan nafsu makan seperti halnya glukosa, sehingga mungkin dapat memicu nafsu makan berlebihan. Sebagian orang tidak mampu mencerna dan menyerap jenis gula ini dengan baik. Kondisi yang disebut dengan malabsorbsi fruktosa ini ditandai dengan meningkatnya jumlah gas di saluran cerna dan gangguan pencernaan lainnya. Malabsorbsi ini terbilang cukup umum terjadi dan memengaruhi hingga 1 dari 3 orang. Orang yang mengalami malabsorbsi fruktosa tidak memiliki sel pembawa fruktosa enterosit yang cukup dalam ususnya. Jika usus kekurangan sel pembawa, gula ini akan menumpuk di dalam usus besar dan mengakibatkan gangguan pencernaan. Malabsorpsi fruktosa dapat disebabkan oleh banyak penyebab yang meliputi ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat di usus, terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan, riwayat masalah pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar IBS, peradangan, dan stres. Meski demikian, masih diperlukan lebih banyak penelitian pada manusia untuk mengetahui efek samping jenis gula ini. Anda bisa mulai dengan membatasi asupan makanan manis untuk menghindari kemungkinan masalah kesehatan yang tak diduga. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mengetahui jenis gula dan pemanis yang aman untuk dikonsumsi.
Buah -buahan mengandung fruktosa atau pemanis alami, fruktosa terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Ketiganya bergabung dengan perbandingan tetap. Sifat fruktosa berbeda dari komponen penyusunnya, berdasarkan sifat tersebut, fruktosa termasuk? Unsur Senyawa Campuran homogen Campuran heterogen Semua jawaban benar Jawaban B. Senyawa Dilansir dari Encyclopedia Britannica, buah -buahan mengandung fruktosa atau pemanis alami, fruktosa terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. ketiganya bergabung dengan perbandingan tetap. sifat fruktosa berbeda dari komponen penyusunnya, berdasarkan sifat tersebut, fruktosa termasuk senyawa. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Ira memasukkan sendok aluminium dan sedotan plastik ke Dalam gelas yang berisi teh hangat. Setelah beberapa menit, sendok terasa hangat dan sedotan tidak terasa hangat sama sekali, berdasarkan peristiwa tersebut sendok dan sedotan secara berturut-turut terbuat dari bahan? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap. Back to top button
Fruktosa merupakan salah satu jenis gula yang banyak ditemukan pada makanan atau minuman sehari-hari, termasuk minuman kemasan, roti atau kue manis. Meski manfaatnya sebagai pemanis di lidah, namun efek fruktosa tidak selamanya baik untuk tubuh. Fruktosa alami dapat ditemukan dari beberapa jenis buah, sayur dan juga madu. Sedangkan fruktosa untuk keperluan komersil biasa diperoleh dari tebu, bit, dan jagung. Fruktosa yang sudah melalui proses kimia, memiliki tekstur seperti kristal padat, berwarna putih, tidak berbau, sangat manis, dan larut air. Risiko Gangguan Pencernaan Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam menyerap fruktosa. Kondisi ini dikenal dengan malabsorbsi fruktosa. Hal ini terjadi lantaran usus kecil tidak mampu menyerap fruktosa, sehingga, kandungan ini terkumpul pada saluran cerna. Beberapa gejala yang sering dikeluhkan antara lain gangguan pencernaan, seperti sakit perut, diare, mual, perut kembung, dan muntah. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai malabsorbsi fruktosa masih rendah. Pada orang yang memiliki riwayat penyakit saluran cerna, gangguan penyerapan fruktosa dapat menimbulkan gejala penyakit seperti penyakit celiac dan radang usus. Sebaliknya, kelebihan konsumsi fruktosa diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena beberapa penyakit, yaitu obesitas, resistensi insulin, serta naiknya tingkat kolesterol LDL, asam urat, dan trigliserida. Efek fruktosa juga dikaitkan dengan risiko sindrom metabolik, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. Jika dibandingkan dengan pemanis lainnya, seperti sukrosa atau glukosa, fruktosa terbukti lebih berbahaya. Selain dapat menyebabkan berbagai penyakit di atas, fruktosa juga mampu meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis. Membatasi Asupan Fruktosa Bagi Anda yang mengalami malabsorbsi fruktosa, maka penting untuk mambatasi asupan yang mengandung fruktosa. Beberapa jenis buah dan sayur yang tinggi kandungan fruktosa antara lain Apel Anggur Semangka Pisang Stroberi Bluberi Alpukat Asparagus Wortel Buncis Selada Untuk makanan atau minuman yang diproses maka dianjurkan membaca label kemasan terlebih dahulu. Selain ditulis fruktosa pada kemasan, pemanis ini juga bisa ditemukan pada sirup jagung tinggi fruktosa, sirup agave, madu, gula invert, sirup maple, molase, gula palem atau gula kelapa. Namun, jangan buru-buru menganggap diri Anda mengalami malabsorbsi fruktosa ketika mengalami gangguan pencernaan setelah mengonsumsi makanan di atas. Untuk memastikan, Anda perlu menemui dokter untuk menjalani pemeriksaan. Jangan berlebihan dalam mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi fruktosa atau pemanis lain, untuk menghindari efek pemanis yang tidak selalu baik bagi kesehatan. Konsultasikan dengan dokter gizi untuk informasi lebih lanjut mengenai pemanis buatan dan alami, apabila Anda berisiko menderita diabetes.
Seperti yang diketahui, mengkonsumsi gula terlalu banyak bisa mengakibatkan efek buruk bagi tubuh. Beberapa penyakit yang timbul juga bisa membahayakan seperti obesitas dan diabetes. Salah satu solusinya adalah kamu bisa menggantinya dengan gula alami. Gula alami atau pemanis alami dapat ditemukan pada buah-buahan. Gula alami ini tentu lebih sehat kalau dibandingkan dengan gula rafinasi. Kira-kira apa saja pemanis alami itu? Dan apa kelebihannya? Berikut ini Qoala berikan penjelasan lebih lengkapnya. Apa Itu Pemanis Alami? Sumber Foto Subbotina Anna Via Shutterstock Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Contoh pemanis alami gula tebu, gula merah, madu, dan kulit kayu manis. Gula tebu mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Selain gula, ada juga pemanis alami lain yang dapat digunakan. Tetapi perlu Ibu ingat, walaupun pemanis alami pengganti gula dianggap lebih sehat dan beberapa mengandung antioksidan, vitamin, dan mineral, tetap sebaiknya dikonsumsi secukupnya saja. Berikut ini adalah beberapa contoh pemanis alami. Madu Gula kelapa Kurma Molase Sirup maple Daun stevia Tubuh memang membutuhkan gula untuk mendukung proses metabolisme. Rendahnya kadar glukosa dalam darah bahkan bisa menyebabkan kondisi bernama hipoglikemia. Namun, terlalu banyak asupan gula juga bukan merupakan hal yang baik. Sebab, menurut banyak penelitian, ada beberapa dampak buruk yang mungkin akan terjadi pada tubuh, misalnya, risiko obesitas. Studi menjelaskan, asupan tinggi gula dikaitkan dengan berbagai penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, bahkan kanker. Maka dari itu, sangat penting untuk membatasi asupan gula yang masuk ke dalam tubuh. Konsumsi harian gula tambahan untuk pria dewasa adalah maksimal 150 kalori, setara 37,5 gram atau 9 sendok teh. Sedangkan untuk wanita, 25 gram atau 6 sendok teh, setara dengan 100 kalori. Lalu bagaimana dengan pemanis buatan? Pemanis buatan adalah bahan sintetis yang dapat memberikan rasa manis seperti gula namun tidak ditemukan di alam seperti pada tanaman atau hewan. Beberapa pemanis buatan yang sering digunakan diantaranya sakarin, aspartam, dan asesulfam K. Kelebihan pemanis buatan dibandingkan pemanis alami yaitu pemanis buatan memberikan asupan energi lebih kecil terhadap konsumen atau tidak memberikan energi sama sekali. Harga untuk memperoleh pemanis buatan lebih murah dibandingkan pemanis alami, dan intensitas manis yang diberikan lebih besar sehingga sedikit penambahan pemanis buatan sudah mengimbangi tingkat kemanisan pemanis alami dalam jumlah besar. Pemanis buatan adalah opsi bagi para penderita diabetes yang tidak mampu mengendalikan kadar gula dalam darah berdampak terhadap penyakit yang membahayakan penderita diabetes bila konsumsi gula berlebih. Harga lebih rendah dan intensitas rasa manis lebih tinggi menjadi alasan bagi industri makanan lebih memilih menggunakan pemanis buatan. Namun beberapa peneliti menyatakan pemanis buatan dapat meningkatkan berbagai gangguan kesehatan yang tidak disebabkan pemanis alami. Beberapa pemanis buatan dapat memunculkan rasa pahit atau rasa manis yang membekas pada lidah setelah makanan dengan pemanis buatan ditelan. Salah satu contoh pemanis buatan yang sangat umum digunakan dalam produk pangan adalah sakarin. Sakarin adalah pemanis buatan yang pertama ditemukan menurut sejarah yang tercatat. Pada tahun 1960, sebuah studi membuktikan sakarin menyebabkan kanker terhadap tikus percobaan. Studi tersebut menggemparkan masyarakat karena sakarin pada saat itu diketahui sebagai satu-satunya pemanis buatan. Setelah kejadian tersebut sakarin dilarang digunakan dalam pangan hingga pada tahun 1977 penelitian berulang dilakukan untuk membuktikan kebenaran efek dari sakarin terhadap hewan percobaan. Dan pada tahun 2002, sakarin diperbolehkan penggunaannya sebagai pemanis buatan dengan nilai Acceptable Daily Intake ADI 5 mg/kg berat badan. Contoh pemanis komersial yang sering digunakan pada produk pangan adalah Aspartam dan Asesulfam-K. Pemanis aspartam pada awalnya sering dianggap berbahaya bagi ibu hamil sehingga keamanannya dipertanyakan sebagai bahan tambahan pangan. Kajian berulang dilakukan untuk membuktikan keamanan dari aspartam dan terbukti aspartam tidak berbahaya bagi manusia. Pada tahun 1996 aspartam ditetapkan dapat digunakan sebagai pemanis buatan untuk berbagai makanan dan minuman selama konsumsinya tidak berlebihan. Studi keamanan menunjukkan bahwa nilai batas Acceptable Daily Intake atau angka asupan per hari yang diregulasi terhadap pemanis ini adalah 50 mg/kg berat badan. Demikian dengan asesulfam K atau asesulfam potasium. Pemanis ini dinyatakan boleh digunakan pada tahun 1992 oleh FDA untuk permen karet dan makanan kering. Pada tahun 1998 pemanis ini boleh digunakan dalam minuman dengan kadar yang cukup. Berdasarkan regulasi keamanannya, asesulfam-K memiliki nilai ADI 15mg/kg berat badan. Studi keamanan terhadap aspartam menjelaskan bahwa pemanis ini tidak memiliki kalori dan bersifat non-glikemik, artinya pemanis ini sangat baik bagi penderita obesitas dan diabetes. Pemanis alami dan pemanis buatan memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing maka dari itu kita sebagai konsumen dapat menentukan jenis pemanis mana yang paling baik bagi tubuh kita. Apabila kamu tidak menginginkan kalori dari pangan yang kita konsumsi maka pemanis buatan adalah pilihan yang bijaksana dan jika kamu tidak mempermasalahkan asupan energi dari pemanis yang dikonsumsi maka pemanis alami dapat menjadi pilihan untuk pangan yang akan dikonsumsi. Semuanya kembali lagi tentang pola konsumsi, bukan hanya meninjau dari sisi evaluatif pemanis. Pemanis alami dan pemanis buatan takkan berbahaya sejauh pemanis yang dikonsumsi tidak berlebihan dan selama bahan yang digunakan telah memenuhi standar yang ditetapkan peraturan yang berlaku. Di Indonesia, pemanis buatan termasuk sebagai bahan tambahan pangan yang diperbolehkan dengan kadar tertentu dan golongan tertentu berdasarkan Permenkes Tahun 2012. Kelebihan Pemanis Alami Pemanis alami memiliki kelebihan tersendiri. Pemanis alami dapat menjadi pilihan pengganti gula pasir dan sejenisnya dikarenakan indeks glikemiknya yang lebih rendah. Indeks glikemik merupakan kemampuan makanan sehat dicerna tubuh dan meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Semakin tinggi kadar indeks glikemiknya, semakin cepat makanan tersebut dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Walau memiliki indeks glikemik yang lebih rendah, tetap pemanis alami juga perlu dikontrol asupannya, dengan mengonsumsi sebanyak 4 sendok makan atau 50 gram dalam 1 harinya sesuai anjuran. Pemanis alami terdiri atas kalori yang tinggi di dalamnya yang memberikan konsumen asupan energi. Apabila kita mengonsumsi pemanis alami terlalu tinggi per harinya akan meningkatkan berat badan secara drastis. Dan jika tidak diimbangi dengan keluaran energi yang seimbang dengan asupan energi yang diperoleh. Risiko lain dari konsumsi pemanis alami yang berlebihan adalah diabetes, obesitas dan karies gigi. Kementerian Kesehatan RI Kemkes menyarankan konsumsi gula per hari yaitu 50 gram 4 sendok makan gula . Sumber Foto Africa Studio Via Shutterstock Kamu harus tahu, bahwa ada makanan manis yang bisa dikonsumsi tanpa gula. Inilah makanan manis yang bisa dikonsumsi, diantaranya sebagai berikut 1. Madu Madu dianggap sebagai salah satu pemanis alami terbaik. Rasa manis ini diperoleh dari nektar bunga yang diambil oleh lebah madu. Sejak zaman dulu, madu telah digunakan sebagai pemanis alami karena memiliki fruktosa tingkat tinggi. Madu lebih manis 25 persen dibandingkan gula pasir. Manfaat kesehatan dari madu mentah sangat banyak diantaranya memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, anti-diabetes, pencernaan, pernapasan, dan sistem saraf. Cara menggunakannya, daripada menambahkan gula ke dalam sereal, teh dan kopi, gunakanlah madu. Kamu juga bisa menuangkan madu sebagai campuran yogurt dan salad. 2. Monk Fruit Sweetener Monk fruit sweetener di ekstrak dari buah siraitia grosvenorii. Alternatif pemanis alami ini mengandung 0 kalori dan 100-250 kali lebih manis dibandingkan dengan gula. Monk fruit sweetener mengandung fruktosa serta glukosa, tetapi rasa manis di dalamnya monk fruit sweetener didapat dari antioksidan bernama mogrosides. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan monk fruit sweetener, berpengaruh minimal pada asupan kalori harianmu, kadar glukosa darah, dan kadar insulin, dibandingkan dengan minuman manis sukrosa. Monk fruit atau buah monk memiliki manfaat sebagai pemanis alami yang dinilai lebih sehat dari gula pasir biasa. Mungkin dikenal dengan sebutan lain seperti buah biksu yang terdengar asing bagimu. Tetapi tahukah kamu? Bahwa buah ini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Monk fruit berasal dari China Selatan dan Thailand Utara, yang dapat digunakan sebagai pemanis alami dengan nol kalori, nol natrium, dan nol lemak. Menariknya, buah ini memiliki rasa manis yang kaya, yaitu 500 kali lipat lebih manis daripada gula tebu biasa. Beberapa pemanis buatan seperti Equal dan Splenda dapat menyebabkan efek samping seperti gas berlebih, kembung, ataupun reaksi alergi. Lain halnya dengan monk fruit, yang konon bisa menjadi pemanis alami rendah efek samping. Jika dilihat dari luar, maka buah bulat ini terlihat seperti melon coklat kecil yang ukurannya tidak lebih besar daripada apel. Diketahui masyarakat di China sudah sejak lama menggunakan untuk mengobati beberapa penyakit. 3. Coconut Sugar Gula kelapa adalah getah kelapa yang didehidrasi dan fruktosa gula kelapa yang rendah membuat gula ini memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga sangat baik untuk kelapa juga memiliki antioksidan dan jumlah karbohidrat yang sama dibandingkan dengan gula putih biasa. Meskipun sama dengan gula putih biasa, gula kelapa memiliki keunggulan karena tidak disuling atau diubah secara kimia dan tidak mengandung bahan buatan. Gula kelapa memiliki kandungan vitamin C, potasium, magnesium, kalsium, zat besi, tembaga, dan fosfor. Dan juga memiliki sejumlah kecil fitonutrien, seperti flavonoid, polifenol, dan anthocyanin. 4. Stevia Mungkin kamu masih belum begitu familiar dengan daun stevia. Tanaman dengan nama ilmiah Stevia Rebaudiana ini memiliki rasa manis, namun aman untuk dikonsumsi secara berkala karena tidak mengandung gula. Jadi, dijamin tidak akan membuat berat badanmu naik. Stevia juga memiliki ragam manfaat kesehatan. Menurut salah satu riset, stevia mengandung Stevioside yang dapat membantu menurunkan tekanan darah sekitar 14%. Kabar baiknya, saat ini sudah tersedia produk kemasan ekstrak stevia. Jadi, lebih mudah untuk dikonsumsi. 5. Erythritol Sama dengan xylitol, erythol merupakan gula alkohol yang sangat manis untuk dikonsumsi dengan kandungan kalori yang sedikit. Kandungan kalori di dalamnya hanya 0,24 kalori per gram, erythritol mengandung 6% dari kalori gula biasa. Rasanya juga hampir persis seperti gula, membuatmu mudah berpindah ke pemanis alami yang satu ini. Erythritol tidak meningkatkan kadar glukosa darah, insulin, kolesterol, atau trigliserida, jadi aman untuk dikonsumsi saat ini. 6. Kurma Kurma manis dan rasanya seperti karamel dan bisa menjadi pengganti gula rafinasi yang sehat. Kurma adalah sumber nutrisi yang sangat baik seperti vitamin C, vitamin B kompleks, selenium, potasium, tembaga dan magnesium. Gunakan pasta kurma untuk smoothie, makanan yang dipanggang, bumbu perendam, saus salad. Kamu juga bisa membuat pasta kurma dengan merendam kurma dalam air panas sampai menjadi lunak. Lalu masukkan kurma yang direndam dalam blender bersama dengan satu sendok makan air dan blender sampai halus. 7. Sirup Yacon Ekstrak tanaman yacon yang berasal dari daratan Amerika Selatan ini mempunyai rasa manis dan berwarna gelap dengan konsistensi kekentalan seperti molase. Dalam sirup Yacon terkandung 40-50% Fructooligosaccharides yang bisa memberi makan bagi bakteri baik di usus dan tentunya sangat penting untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sirup Yacon mengandung 1,3 kalori per gram atau sepertiga kalori gula biasa dan bisa memberikan manfaat bagi kesehatan. Riset menunjukkan bahwa sirup yacon bisa mengurangi berat badan, indeks glikemik, hingga memperkecil resiko terkena kanker usus besar. 8. Sukrosa Sukrosa adalah gula alami yang ditemukan pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Sukrosa juga disebut sebagai gula meja yang dikonsumsi sehari-hari untuk memasak atau membuat minuman. Jenis gula ini juga biasanya ditambahkan ke dalam makanan olahan, seperti permen, es krim, sereal, makanan kaleng, soda, dan minuman manis lainnya. Gula meja yang ditemukan dalam makanan olahan tersebut biasanya diekstraksi dari tebu atau bit gula. Gula sebagai struktur paling sederhana dari karbohidrat terbagi menjadi dua jenis yaitu monosakarida atau disakarida. Sukrosa sendiri adalah disakarida yang terdiri dari satu glukosa dan satu molekul fruktosa, atau 50% glukosa dan 50% fruktosa. 9. Sirup Beras Merah Terbuat dari beras merah yang rasanya hampir sama dengan karamel dan butterscotch. Satu sendok teh sirup beras merah hanya mengandung sekitar 13 kalori. Sirup beras merah dibuat dengan memasak beras merah sampai berubah menjadi sirup. Beberapa tahun terakhir, penggunaan sirup beras merah makin populer, terutama untuk membuat makanan kesehatan dan cemilan. 10. Gula Jagung Gula jagung adalah produk substitusi atau pengganti gula biasa yang biasa digunakan di minuman bersoda atau minuman dengan perasa buah lainnya. Secara kimia, gula jagung yang tinggi fruktosa ini berbeda dengan gula biasa. Ada kontroversi bahwa gula jagung lebih berbahaya bagi tubuh, namun belum banyak bukti yang mendukung. Satu yang pasti, mengonsumsi segala jenis pemanis entah itu gula jagung atau gula pasir biasa dapat menambah asupan kalori. Jika terus menerus terjadi dalam jangka panjang, tentu kesehatan menjadi konsekuensinya, seperti risiko penyakit jantung dan menjadi penyebab diabetes. Idealnya, konsumsi gula tidak lebih dari 10% dari seluruh asupan kalori dalam sehari. Ini bukan hanya gula dalam bentuk gula pasir atau gula jagung saja, tapi juga makanan dan minuman apapun yang manis. Jika ingin menjaga kesehatan tubuh, kurangi asupan pemanis tambahan dalam bentuk apapun. Terlebih, jenis pemanis seperti gula jagung yang dulunya disebut high fructose corn syrup digunakan di hampir seluruh makanan yang diproses. Gula jagung diperoleh dari proses pembuatan sirup jagung corn syrup. Di Amerika Serikat, sudah tidak asing lagi menggunakan gula jagung sebagai tambahan pemanis di makanan olahan dan minuman soda. Dulu, gula dari jagung menjadi populer pada akhir tahun 1970an saat harga gula biasa melejit tinggi. Sementara di saat yang sama, harga jagung cukup rendah karena ada subsidi dari pemerintah. Gula jagung kerap dituding sebagai pemicu obesitas dan masalah penyakit lainnya. Sehingga gula jagung untuk aktivitas diet tidak disarankan. Banyak yang menganggap gula jagung lebih buruk ketimbang gula biasa. Meski demikian, para pakar sepakat bahwa belum ada bukti kuat mendukung klaim ini. Justru, mengonsumsi gula atau pemanis tambahan dalam jenis apapun tetap buruk bagi kesehatan. Sebagai informasi, penyakit diabetes yang termasuk kelompok penyakit metabolik. Kondisi ini tidak bisa sembuh, namun dapat terkontrol. Artinya, orang tersebut bisa mempertahankan kondisi tubuh dengan kadar gula darah normal yang stabil. Sehingga, ada beberapa pihak perusahaan asuransi yang tidak memproteksi penderita diabetes karena risiko biaya perawatan kesehatannya cukup besar. Oleh Karena itu, untuk informasi lebih lengkap terkait asuransi mana saja yang meng-cover penyakit diabetes, kamu bisa mengeceknya di Qoala Apps atau Blog Qoala.
Ilustrasi kopi dan gula Foto Shutter StockKamu mungkin tak asing dengan sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Ya, ketiganya kerap ditemukan pada deretan bahan komposisi makanan kemasan. Ketiganya juga berperan sebagai pemanis makanan sehingga rasanya lebih menggugah selera. Karena sering ditemukan dalam makanan kemasan, pernahkah kamu bertanya, apakah pemanis ini baik untuk kesehatan? Apalagi jika dikonsumsi terlalu sering. Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, mari simak ulasan mengenai perbedaan sukrosa, glukosa, dan fruktosa berikut gula Foto PixabayDari ketiganya mungkin sukrosa paling asing untukmu. Sebenarnya, sukrosa adalah nama ilmiah dari gula meja pasir yang sering kita konsumsi. Pada dasarnya, sukrosa terdiri dari dua molekul; yakni glukosa dan fruktosa. Dalam penyerapannya, sukrosa dipecah oleh tubuh menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa disimpan jadi energi glikogen, sementara fruktosa jadi lemak. Sukrosa alami bisa ditemukan dalam banyak jenis buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Namun pemanis ini juga kerap ditambahkan pada makanan kemasan; seperti permen, es krim, sereal, makanan kaleng, soda, dan minuman manis lainnya. Sukrosa dalam makanan kemasan biasanya menggunakan manis dari tebu atau bit. Rasanya tak terlalu manis dari fruktosa, namun lebih manis dari glukosa. Ilustrasi Singkong Foto Luis Echeverri Urrea/ShutterstockJika sukrosa terdiri dari dua molekul, maka glukosa hanya punya satu sehingga lebih sederhana. Glukosa menjadi pondasi utama karbohidrat yang sering ditemukan pada; jagung, kentang, gandum, dan singkong. Pada makanan kemasan biasanya glukosa sudah diekstrak menjadi tepung jagung. Selain itu, ada juga yang dibuat menjadi sirup. Sayangnya menurut data US Department of Agriculture, sirup glukosa tidak mengandung vitamin dan mineral sehingga manfaat kesehatannya lebih sedikit dibandingkan glukosa alami. Bahkan mengonsumsi terlalu banyak sirup glukosa dapat berakibat; kegemukan, naiknya gula darah, kesehatan gigi memburuk, tekanan darah tinggi, hingga penyakit jantung. Jadi, sebaiknya pastikan bahwa glukosa yang terserap tubuhmu adalah yang alami. Ilustrasi perkebunan tebu Foto JamesDeMers/PixabayPemanis yang terakhir ini sering ditemukan dalam buah, madu, dan sebagian dari sayuran akar. Fruktosa juga hanya memiliki satu molekul, namun rasanya lebih manis dari glukosa. Bahkan dari ketiganya, fruktosa punya rasa paling manis. Beberapa yang juga termasuk sumber alami fruktosa adalah tebu, bit, dan jagung. Maka tak heran, jika kamu juga akan menemukan fruktosa berupa sirup jagung. Pemanis ini kini cukup sering dipakai pada makanan atau minuman kemasan. Tapi, kamu perlu berhati-hati terhadap lonjakan gula darah jika terlalu sering mengonsumsi fruktosa. Menurut beberapa penelitian, kelebihan fruktosa dapat mengakibatkan resistensi insulin, diabetes tipe 2, obesitas, penyakit hati berlemak dan sindrom metabolik. Bahkan mengutip jurnal PubMed tahun 2015, fruktosa diklaim sebagai pemanis yang paling berbahaya.
buah buahan mengandung pemanis alami fruktosa